Beberapa orang teman menganjurkan supaya aku berobat ke sinshe. Iya, pengobatan cina. Aku pun nurut aja. Waktu itu aku pikir, sakit yang kayak gitu memang bukan ke dokter tempat pengobatannya. Ke sinshe atau tukang pijat memang lebih tepat. Akhirnya, pergilah aku ke tempat sinshe itu.
Berhubung waktu itu pertama kalinya aku datang ke sinshe itu, butuh waktu yang agak lama sampai aku menemukan tempat itu. Setelah sampai sana pun, antriannya panjang. Semakin yakinlah aku kalau susuk si tukang sinshe ini adalah tabib yang mujarab. Walaupun agak takut (karena denger cerita dari temen-temen) aku tetap beraniin diri untuk menghadapi susuk itu.
Akhirnya... aku dapat giliran untuk ketemu si susuk. Si susuk tua itu bilang kalau kakiku ini panjang sebelah, makanya bisa sakit gitu. Lalu dia melakukan sesuatu di kakiku (yang cukup sakit rasanya) yang katanya untuk memperbaiki kondisi kakiku yang panjang sebelah ini. Setelah pengobatan selesai, pulanglah aku.
Beberapa hari sejak pengobatan itu kondisi kakiku membaik. Tapi ga bertahan lama. Beberapa saat kemudian rasa sakit yang sama terulang. Aku ga tahan lagi. Aku putusin kalau aku harus ke dokter. Si dokter umum pun ngasi rujukan supaya aku melakukan rontgen di bagian panggul sebelah kiri.
Karena aku bener-bener penasaran dengan keadaanku, aku bener-bener pengen tau, ini sebenernya ada apa sih, pergilah aku ke sebuah klinik kesehatan untuk melakukan rontgen. Selang beberapa hari, keluarlah hasil rontgen itu. Hasilnya, ga ada apa2 dengan persedianku. Semuanya baik-baik aja. Si dokter pun hanya memberi obat untuk persendian dan obat pengurang rasa ngilu.
Kondisiku membaik. Selama kurang lebih 1 tahun, aku ga merasakan sakit lagi di persendianku. Tapi bukan berarti sakit itu hilang sepenuhnya. Kadang, waktu bangun pagi, aku ngerasain sakitnya. Bukan lagi di persendian, tapi sakitnya mulai menjalar ke tengah. Iya, ke tengah, ke arah tulang belakang. Tapi aku (bener-bener) ga suka nunjukin rasa sakitku di depan orang lain. Selama aku masih bisa tahan, aku lebih baik tahan. Selama aku masih bisa jalan, berarti aku masih sehat.
Kurang lebih 2 tahun yang lalu, sakitnya ga tertahankan lagi. Kali ini aku ga merasakan sakit di persendianku. Sama sekali ga ada rasa sakit di persendian. Sakitnya ada di tengah pinggangku, tepatnya di tulang belakang. Aku kesulitan jalan. Aku sangat kesakitan waktu gerakin kepalaku. Aku ga bisa bungkukkan badanku. Aku ga bisa gerakkan tanganku dengan bebas. Kali ini aku bener-bener kesakitan. Aku nyerah.
Aku putusin kalau aku harus ke dokter. Dokter umum yang waktu itu menangani aku sangat kaget denger ceritaku. "Selama itu kamu nahan sakitnya? Itu sakit sekali. Kenapa waktu itu ga langsung periksa ke dokter? Kamu ga tau bahayanya sakit di tulang belakang?" Blablabla...ga harus aku ceritain semuanya ya... Aku cuman senyum waktu itu. Ibu dokter yang baik hati ini ngasi rujukan supaya aku rontgen. Dugaannya adalah aku menderita skoliosis.
Kuikuti apa kata bu dokter yang baik hati itu. Beberapa hari kemudian keluarlah hasil rontgennya. Ternyata..benar. Tulang punggungku tidak lurus sebagaimana keadaan normalnya. Aku shock. Ya iyalah. Ga pernah terpikirkan olehku kalau aku ini seorang skolioser. Aku down. Terpuruk. Sedih.
Kucari semua info tentang skoliosis di internet. Kubaca semua info yang kudapat. Ga ada penyembuhan. Ga ada kemungkinan sembuh. Ini adalah kelainan tulang bawaan. Akan kubawa seumur hidup. Aku semakin terpuruk. Gelap sekali rasanya. Aku bertanya pada Tuhan. "Why, God? Why?" Aku ga dapat jawaban apa-apa.
Kulalui 1 tahun tanpa pengobatan walaupun ibu dokter yang baik hati itu sudah memberi rujukan supaya aku menemui dokter spesialis tulang belakang. Aku terlalu sedih untuk nerima kenyataan ini. Dan aku ga berani untuk nerima kenyataan selanjutnya yang bisa aku dapatkan dari dokter spesialis tulang belakang itu.
Sampai di satu waktu, kuputuskan kalau aku harus melakukan sesuatu. Aku ga bisa cuman diem gini aja. Pergilah aku menemui dokter spesialis tulang belakang. Beruntung aku. Dokter ini adalah dokter yang bijaksana. Dia menenangkan aku. Dia menjabarkan semua yang terjadi pada tulang-tulang belakangku. Tapi di waktu yang bersamaan, dia juga meyakinkan aku kalau semuanya akan baik-baik aja sepanjang aku jalanin pola hidup yang baik buatku.
Berdasarkan anjuran pak dokter yang bijaksana, aku ngikutin fisioterapi untuk ngurangin rasa ngilu yang sering aku rasain di tulang belakangku. Selama sesi-sesi fisioterapi yang aku jalanin, aku ketemu dengan beberapa terapis. Salah seorang terapis nemuin apa yang sebenernya selama ini terjadi dengan tulang-tulang dan persendianku. Teka-tekinya terpecahkan!
Gini ceritanya:
- Semuanya berawal dari beberapa tahun yang lalu. Waktu itu aku bantuin mama untuk angkat-angkat barang dari pasar. Mama restock barang untuk tokonya.
- Nah, waktu angkat-angkat barang itu aku salah posisi berdiri.
- Terjadilah cidera otot di persendian panggulku.
- Sementara itu, skoliosis dan lordosisku sendiri udah bawaan sejak lahir (tapi sebelumnya ga pernah terasa sakit). Skoliosis itulah yang membuat kakiku panjang sebelah.
- Cidera otot di persendian itu ga tertangani dengan benar. Akhirnya rasa ngilu yang awalnya cuman di otot bagian panggul menjalar sampai ke otot bagian tengah, mendekati tulang belakang.
- Rasa ngilu di bagian tengah itu yang membuat bu dokter umum yang baik hati merujuk untuk rontgen.
- Dari hasil rontgen itulah didapati kalau aku menderita skoliosis.
- Kenapa cidera otot itu ga terdeteksi dengan rontgen pertama? Karena rontgen hanya bisa melihat kondisi tulang, bukan otot.
- Dan akhirnya pak dokter spesialis tulang belakang yang bijaksana ngasih banyak banget penjelasan tentang gimana cara pola hidup yang baik untuk para skolioser. Pola hidup ini penting buat seorang skolioser supaya kondisi tulang belakangnya ga semakin parah. Selain itu, pola hidup ini juga bisa membantu mengurangi rasa ngilu yang biasanya dirasakan para skolioser.
- Ada alat yang bisa melihat cidera ototku? Ada, MRI. Ini yang belum aku lakukan.
Kurang lebih 4 tahun sudah berlalu sejak pertama kalinya aku merasakan nyeri di bagian panggul sebelah kiriku. Aku bersyukur karena waktu itu Tuhan ijinkan aku mengalami cidera otot di persendian panggulku. Karena semua sakit itulah akhirnya aku tau kalau aku ini seorang skolioser. Tanpa rasa sakit karena cidera otot itu, mungkin sampai saat ini pun aku ga tau kondisi tubuhku yang sebenernya. Dan aku juga ga tau pola hidup seperti apa yang harusnya aku jalanin. Tanpa pola hidup yang bener, kondisi tubuhku pun pasti akan lebih buruk.
Dulu, aku ga berhenti bertanya pada Tuhan tentang semua sakit yang aku rasain. Butuh waktu 4 tahun sampai aku mendapatkan jawabannya. Empat tahun bukan waktu yang singkat sampai aku bener-bener memahami semua jalan Tuhan ini.
Saat ini, aku yakin, satu saat nanti aku juga pasti akan ngerti kenapa Tuhan ciptakan aku dengan kelainan tulang belakang ini.
Dan pada akhirnya...
Aku sungguh mengucap syukur untuk semua yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidupku.
Yeremia 29:11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan
Thank you, Lord.
1 comments:
haiii aku jg skolioser...semangat ya..hhe
Post a Comment