Hari minggu di bulan April. Malam. Kira-kira pukul 7.30.
Aku dan okik baru aja selesai makan malam di salah satu resto favorit kami.
Waktu kami keluar, ternyata hujan. Gerimis kecil-kecil sih... tapi kata okik, “Tunggu sebentar lagi aja. Ini lumayan terasa kalau nanti naik motor.”
Akhirnya, aku dan okik duduk-duduk di bangku kayu di depan resto itu. Ya...sambil ngobrol-ngobrol tentang berbagai hal.
Beberapa saat kemudian, keluar sepasang pria dan wanita. Sang pria berusia kira-kira menjelang 70 tahun. Sang wanita berusia kira-kira pertengahan 60 tahun. Sang pria terlihat sedikit lebih bungkuk daripada sang wanita. Mereka berjalan pelan keluar dari resto itu.
Mataku mengikuti ke mana langkah mereka berjalan.
Langkah mereka menuntunku ke area parkir motor.
“Motor?” Pikirku waktu itu.
Sang pria mengeluarkan beberapa anak kunci dari kantong celananya. Dengan kunci itu ia buka sebuah jok motor. Ia keluarkan sebuah helm dan diberikannya kepada sang wanita. Satu helm lagi ia keluarkan dan ia kenakan di atas kepalanya. Ia ambil lagi sebuah jas hujan dan diulurkannya kepada sang wanita. Perlahan sang wanita mengambil jas hujan itu dan mengenakannya. Sang pria pun mengambil jas hujan miliknya dan menyematkannya di tubuhnya.
Ketika sang pria sudah siap dengan helm dan jas hujannya, ia mengisyaratkan kepada sang wanita untuk menunggu di sisi dalam area parkir motor itu, berlindung dari dinginnya hujan. Kemudian, ia tebaskan titik-titik air di atas jok motor itu. Sang wanita mengulurkan sebuah sapu tangan. Sang pria pun menyambut uluran sapu tangan itu. Ia keringkan jok motornya dengan sapu tangan itu. Ia keringkan jok motor itu untuk sang wanita.
Sepertinya, ia sudah siap di atas motornya dengan mesin yang sudah menyala. Ia beri isyarat kepada sang wanita untuk segera naik ke atas motor. Sang wanita pun melakukannya.
Perlahan, motor itu berjalan, menghilang di tengah gelap malam dan gerimisnya hujan, menghilang hingga aku tak bisa melihatnya lagi.
Kutatap okik. Ia pun tidak berkata-kata.
Ia menatapku beberapa saat kemudian. Kami tersenyum.
Yah...kami baru saja menjadi saksi hidup tentang keabadian cinta...hangatnya cinta...indahnya cinta...
Dalam hati aku berdoa,
“Jaga mereka hingga mereka sampai di rumah mereka ya, Tuhan.
Dan biarlah hanya maut yang memisahkan mereka. Amin.”
0 comments:
Post a Comment