Sunday, February 6, 2011

Pemuda Bersepeda

Siang itu aku berada di bawah teriknya matahari kota Surabaya.
Seperti kendaraan yang lain, aku berhenti dan menunggu, hingga warna lampu yang menyala berubah menjadi hijau.

Tepat di depanku adalah sebuah Hyundai Ascent silver.

Akhirnya lampu itu berganti warna.

Hijau.

Kami pun menjalankan kendaraan kami.

Aku masih berada di belakang Hyundai itu.

Kami menuju arah yang sama, belok kanan.

Sekarang kami berada di jalur yang sama, menuju lampu lalu lintas selanjutnya.

Bedanya, aku merasakan teriknya Sang Matahari, si pengendara Hyundai nyaman dengan AC di dalam mobilnya.

Setelah berjalan bersama selama beberapa meter di jalur itu, tiba-tiba Hyundai itu membunyikan klakson yang memekakkan telinga.

Aku kaget.

Pengendara sepeda di depan Hyundai itu pun oleng.

Aku yakin, dia jauh lebih kaget daripada aku.

Beruntung.

Pengendara sepeda itu cukup lihai.

Ia berhasil menyeimbangkan sepedanya kembali.

Lalu ia memperlambat laju sepedanya.

Ia menoleh ke kanan, ke arah Hyundai itu.

Hyundai itu melaju, memotong jalur sang Pemuda Bersepeda.

Sekali lagi, ia oleng.

Dan, sekali lagi, ia berhasil menyeimbangkan sepedanya.

Aku tersentak melihat kejadian itu.

Kupandangi pemuda dan sepedanya itu.

Ia menatap Sang Hyundai yang melaju semakin kencang.

Kuhembuskan nafas yang sempat tercekat.

Untung kau tidak apa-apa, kawan... pikirku.

Aku tetap mengikuti pemuda bersepeda itu, menuju lampu lalu lintas yang sama.

Merah.

Kami berhenti di lampu lalu lintas yang sama.

Kuperhatikan dia.

Berbaju hijau, bercelana olah raga hijau, topi putih di kepalanya, sepeda ungu yang tidak nampak baru.

Hijau.

Para pengguna jalan pun menjalankan kendaraan mereka, termasuk aku dan si Pemuda Bersepeda.

Aku tetap mengikutinya.

Ia kayuh dengan kuat sepedanya.

Ia lambaikan tangan kirinya, menandakan arah tujuannya.

Kuperhatikan dia sampai hilang dari pandanganku.


Pemuda Bersepeda, aku salut padamu.

Di bawah teriknya matahari surabaya, di antara sekumpulan orang-orang yang mengutamakan gaya hidup, kau tetap mengayuh sepedamu dengan penuh semangat.


Hai, Hyundai.

Keluarlah dari kenyamanan yang kau rasakan di dalam kotak bermesin itu.

Kotak itu membuat kau tidak merasakan apa yang kami rasakan.

Jalanan ini bukan milikmu.

Jalanan ini milik kita bersama.

Tidakkah kau merasa malu dengan Pemuda Bersepeda itu?

0 comments:

Post a Comment