Wednesday, December 30, 2009

Kids Are Amazing

First story
This week our theme was about Dinosaurs. We learnt a lot about Dinosaurs. As the first day, on Monday, I explained them about it, about their variety, food, community, and their extinction. I showed a video and some pictures also.
Amazing, teman-teman! Mereka ternyata tau lebih banyak dari yang aku bayangkan! Mereka bahkan bisa menyebutkan nama dinosaurus tertentu beserta karakteristiknya, dengan hanya melihat gambar yang aku tunjukkan. Wow… Aku berdecak kagum waktu itu… Anak jaman sekarang emang luar biasa…
Akhirnya, tiba saatnya untuk aku memutar sebuah film untuk mereka. Tentu saja, ini film tentang dinosaurus. Di film ini, mereka bisa melihat berbagai macam dinosaurus. Di bagian akhirnya, mereka melihat peristiwa bagaimana meteor jatuh ke bumi dan menyebabkan kerusakan luar biasa di bumi, yang pada akhirnya menyebabkan kepunahan dinosaurus. Inilah percakapan yang terjadi antara kami:

Saturday, December 26, 2009

Kisah tentang Rambutan

Lebih dari 20 tahun aku hidup dengan keyakinan bahwa aku adalah anak yang “berbeda” di keluargaku. Aku tidak sepandai abangku. Aku tidak pandai menarik perhatian seperti adikku. Aku bukan kesayangan bapaku. Aku juga bukan kesayangan mamaku. Aku bukan siapa-siapa.

Lebih dari 20 tahun aku hidup dengan keyakinan itu. Keyakinan yang seringkali membuat aku menangis di tengah malam. Keyakinan yang membuat dadaku sering merasa sesak. Keyakinan yang sering membuat hidupku ini tak berarti bagi siapapun. Keyakinan yang membuat aku merasa tak layak ada di dunia ini.

Lebih dari 20 tahun aku hidup dalam keyakinan itu, tanpa seorangpun mengetahuinya, tanpa seorangpun menyadarinya, tanpa seorangpun memahaminya. Hanya Dia yang tahu semuanya.

Lebih dari 20 tahun.

Mita

Sore itu seperti biasa aku membantu mamaku menjaga tokonya. Sesaat kemudian, seorang gadis remaja datang. Busana berwarna gelap menyelubunginya. Jilbab berwarna hitam tertata dengan rapi menutupi kepalanya. Ia tersenyum manis padaku. Senyuman itu menunjukkan seolah-olah ia mengenalku. Sepertinya, ia bukan orang asing bagiku. Tapi aku tidak merasakan hal yang sama. Aku tidak mengenal siapa gadis manis ini. Aku sama sekali tidak mengenalnya. “Yah, mungkin dia emang anak yang ramah dan murah senyum,” begitu pikirku. Tapi...dia terus menatapku dan tersenyum. Aku semakin bingung.

Bu Tika

Aku mengira-ngira bobotnya berkisar di antara angka 60 – 70 kg. Badannya tidak terlalu tinggi. Kulitnya gelap. Rambutnya yang keriting selalu ia gulung ke atas. Setiap hari ia selalu memakai daster. Aku tidak pernah melihat ia memakai daster baru, selalu yang itu-itu saja, daster lusuh yang terkoyak di beberapa bagiannya. Logat Jawa Timur terdengar sangat kental dari mulutnya. Yah, dialah Bu Tika, ibu pembantu di kos yang dengan setia membersihkan kosku setiap hari.
Ia bangun paling pagi setiap hari. Sholat, pasti ia lakukan pertama kali. Setelah itu, ia mulai menyiapkan makanan untuk suaminya yang akan berangkat kerja dan anaknya yang akan berangkat sekolah. Bukan hanya sarapan untuk mereka, tetapi juga sangu yang mereka bawa. Sambil menunggu suami dan anaknya yang menikmati santapan yang ia hidangkan, ia membersihkan dapur. Piring-piring kotor bekas makan anak kos, peralatan dapur yang kotor bekas anak-anak kos memasak, lantai yang kotor dan lengket, semua itu ia bersihkan satu per satu.
Satu demi satu anak-anak kos mulai bangun.

S.M.I.L.E

I remembered that day. I went to work with a very bad mood. Damn! What a “great” morning! I felt that nobody understood about me. I was just alone. Nobody care about me. Hufff….
Dengan muka yang asem banget, aku sampai di sekolah, tempat aku bekerja. Aku parkir motorku. Secepat mungkin aku berusaha sampai di kantor admin untuk fingerprint (ceklok, kata banyak orang). Di tengah perjalanan menuju kantor itu, aku berpapasan dengan kepala sekolahku. Yes, she is a really nice person. She smiled at me and said, “Good morning, Miss Lian.” Ga mungkin dong aku diam aja. Secara otomatis, tersenyumlah aku. “Good morning, Miss Amelia,” i said then. Aku (sangat) memaksa untuk tersenyum. Aku berhasil. Dengan sisa senyuman di bibirku, secepat kilat aku menuju kantor admin, dan selanjutnya masuk ke dalam kelasku.
“Hufff....” kataku sambil membanting tas di mejaku. Tiba-tiba senyuman dan sapaan kepala sekolahku itu melintas lagi di kepalaku. Saat itu juga, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda di dalam hatiku. Seperti ada angin segar yang menghembus. Bersamaan dengan angin segar itu, ada suara yang berkata, “See? You are not alone. They all care about you. Now, give your smile to anybody around you...” Angin segar dan kata-kata itu membuat aku perlahan-lahan tersenyum. Bibirku yang tadinya merengut, pelan-pelan mulai merekah. Murid-muridku mulai datang satu-persatu. “Good morning, Miss Lian,” mereka memberi salam padaku.
Semuanya pun berubah. Hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagiku. Aku lupa dengan semua perasaan kesal dan sedih yang aku rasakan di pagi hari. Aku bahkan bersenandung di sepanjang hari itu.

Sebesar itulah arti senyummu bagi orang lain.
Kepala sekolahku itu pasti tidak tahu apa yang aku alami pagi itu, tapi senyumnya mengubah hariku. Apa yang akan terjadi bila saja waktu itu dia tidak tersenyum padaku? Pasti hari yang aku jalani akan terasa semakin buruk.

Kita sama sekali tidak mengeluarkan biaya untuk tersenyum, maka tersenyumlah. Buat orang lain tersenyum, dengan senyummu.
Tersenyumlah, dunia...