Alkisah seorang laki-laki muda yang hidup di sebuah pulau kecil.
Pulau itu bukan pulau yang nyaman baginya.
Sangat sedikit keuntungan yang ia dapatkan di pulau itu.
Keadaan alam di sekitarnya mencekam.
Ramah tamah merupakan hal yang asing bagi penduduk pulau itu.
Saat ia terbangun di pagi hari, rasa was-was selalu menyelimuti dirinya.
"Akankah hari ini berjalan dengan tenang? Akankah pohon-pohon ini bersahabat denganku hari ini? Ataukah langit akan mengamuk hari ini?"
Tidak ada kehidupan di pulau itu.
Yang ada hanyalah sekumpulan manusia yang bertahan untuk hidup hari demi hari.
Di suatu senja, seorang teman datang menghampirinya.
"Memandangi pulau di seberang?" tanya sang teman.
"Iya. Pulau itu terlihat lebih indah. Aku tau, itu pasti," balasnya.
"Yah…pulau itu memang lebih indah. Ingin ke sana?"
"Pernah terpikir. Tapi kuhentikan pikiran itu."
"Kenapa?"
"Tidakkah kau lihat lautan mengerikan yang harus kita seberangi bila kita ingin mencapai pulau yang indah itu?"
"Tapi…kau tau semuanya akan berujung indah kan?"
"Aku tau. Tapi aku tidak akan melakukan kebodohan dengan meletakkan diriku di sebuah perahu kecil dan menyeberangi lautan itu."
"Kau sangat memahami semuanya. Kau tau di pulau ini kau tidak mendapatkan kedamaian. Setiap pagi kau bangun dengan perasaan ngeri yang menyelimuti dirimu. Kau tau tidak ada harapan hidup bahagia di pulau ini. Kau tau di pulau itu kau bisa merasakan kedamaian, kebahagiaan, harapan, dan hari yang lebih bersinar seperti yang sudah lama kau impikan. Tak habis pikir aku…mengapa kau tidak menyeberang saja ke pulau itu?"
"Sudah kukatakan padamu. Aku tidak akan melakukan kebodohan dengan meletakkan diriku di sebuah perahu kecil dan menyeberangi lautan itu."
"Jadi kau memilih untuk tetap tinggal di pulau ini?"
"Ya."
"Bodoh."
"Mengapa tidak kau saja yang menyeberangi lautan itu, hai Pria Pandai?"
"Aku pernah menjadi dirimu, berpikir sebagaimana engkau berpikir, memilih seperti apa yang engkau pilih."
"Lalu?"
"Lalu aku terikat dengan keputusan itu. Alam mengikatku. Hak kebebasanku direnggut oleh alam. Di sinilah sekarang aku terhempas, menghabisi sisa hidupku…dalam kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, ketidakberdayaan, dan kehidupan yang suram. Hanya karena aku takut untuk menyeberangi lautan itu."
"Kau menyesal."
"Ya. Tapi aku sudah menyia-nyiakan waktu yang aku punya, yang tidak akan terulang lagi."
Dua pria dewasa ini terdiam, merasakan hembusan angin yang menghempas wajah mereka, menatap jauh ke pulau di seberang.
"Jadi, akankah kau menyeberang lautan itu?"
"Tidak. Aku memilih untuk tetap di pulau ini."
Hidup selalu mengenai sebuah pilihan.
Apa yang kita pilih hari ini akan menentukan bagaimana kita menjalani hari-hari kita di depan.
0 comments:
Post a Comment